PEMBELAJARAN MENDALAM; Transpormasi Pembelajaran Menuju Pendidikan Bermutu untuk semua.

Definisi :

Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu.

  1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME Individu yang memiliki keyakinan teguh akan keberadaan Tuhan serta menghayati nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Kewargaan Individu yang memiliki rasa cinta tanah air, mentaati aturan dan norma sosial dalam kehidupan bermasyarakat, memiliki kepedulian, tanggungjawab sosial, serta berkomitmen untuk menyelesaikan masalah nyata yang terkait keberlanjutan manusia dan lingkungan.
  3. Penalaran Kritis Individu yang mampu berpikir secara logis, analitis, dan reflektif dalam memahami, mengevaluasi, serta memproses informasi untuk menyelesaikan masalah.
  4. Kreativitas Individu yang mampu berpikir secara inovatif, fleksibel, dan orisinal dalam mengolah ide atau informasi untuk menciptakan solusi yang unik dan bermanfaat.
  5. Kolaborasi Individu yang mampu bekerja sama secara efektif dengan orang lain secara gotong royong untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian peran dan tanggung jawab.
  6. Kemandirian Individu yang mampu bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya sendiri dengan menunjukkan kemampuan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, dan menyelesaikan tugas secara tepat tanpa bergantung pada orang lain.
  7. Kesehatan Individu yang memiliki fisik yang prima, bugar, sehat, dan mampu menjaga keseimbangan kesehatan mental dan fisik untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin (well-being)
  8. Komunikasi Individu yang memiliki kemampuan komunikasi intrapribadi untuk melakukan refleksi dan antarpribadi untuk menyampaikan ide, gagasan, dan informasi baik lisan maupun tulisan serta berinteraksi secara efektif dalam berbagai situasi.

Filosofi KH. Ahmad Dahlan

  1. Pendidikan berlandaskan tujuan hidup.
  2. Tidak sombong, gigih belajar, dan tuntas berkarya.
  3. Optimalkan akal untuk kebenaran sejati.
  4. Berani menegakkan kebenaran.
  5. Berbuat untuk kemanusiaan (tidak memperalat).
  6. Mengamalkan ilmu agama dengan kualitas tinggi.
  7. Pendidikan sebagai alat perubahan sosial menuju masyarakat berkemajuan.

Filosofi Ki Hajar Dewantoro

  1. Pembelajaran memerdekakan (tanpa pembiaran).
  2. Pusat pada peserta didik, mengakui otoritas guru.
  3. Sistem among dan Trikon (kontinuitas, konvergensi, dan konsentrisitas).
  4. Prinsip Asah, Asih, Asuh.
  5. Pendidikan: pranata sosial, pelestari kebudayaan, membangkitkan kegembiraan (konsep “Taman”).

Landasan Sosiologis

Hakikat Pendidikan

  • Pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana amanat alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945.
  • Membangun bangsa yang majemuk menjadi maju dan berjati diri melalui perilaku berbasis nilai Pancasila dan Ipteks.
  • Pendidikan holistik mencakup budaya, sistem, dan lingkungan untuk menciptakan kehidupan kebangsaan yang cerdas.

Peran Pembelajaran Mendalam

  • Fondasi sistem pendidikan nasional untuk mengembangkan intelektual, moral, dan kinerja peserta didik.
  • Memadukan kesadaran spiritual, sosial, kontekstual, dan kegembiraan lahir batin.
  • Mendukung kualitas pembelajaran berbasis kultur masyarakat yang sesuai visi pendidikan nasional (Dewantara, 1967).

Landasan Yuridis dan Empiris

Landasan Yuridis

  • Pasal 31 UUD 1945: Hak setiap warga negara untuk pendidikan berkualitas.
  • UU No. 20 Tahun 2003: Pengembangan potensi manusia beriman, berakhlak, dan berkompetensi.
  • UU No. 8 Tahun 2016: Pendidikan inklusif untuk penyandang disabilitas.
  • UU No. 6 Tahun 2023: Kemitraan vokasi dan teknologi untuk pembelajaran adaptif.

Landasan Empiris

  • Perubahan Kurikulum: 11 kali sejak 1947, kini Kurikulum Merdeka (2022).
  • Kompetensi Masa Depan: Fokus pada kreativitas, kolaborasi, dan penguasaan teknologi.
  • Pembelajaran Bermakna: Berdasarkan pendekatan global, menekankan pembelajaran interaktif dan inspiratif.

Prinsip Pembelajaran

  1. Berkesadaran Pengalaman belajar peserta didik yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Peserta didik memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsik untuk belajar, serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan.
  2. Bermakna Peserta didik dapat menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi nyata. Proses belajar peserta didik tidak hanya sebatas memahami informasi/ penguasaan konten, namun berorientasi pada kemampuan mengaplikasi pengetahuan.
  3. Menggembirakan Pembelajaran yang menggembirakan merupakan suasana belajar yang positif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi. Rasa senang dalam belajar membantu peserta didik terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah memahami, mengingat, dan menerapkan pengetahuan.

Pengalaman Belajar

  1. Memahami Tahap awal peserta didik untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks. Pengetahuan pada fase ini terdiri dari pengetahuan esensial (foundational knowledge), pengetahuan aplikatif (applied knowledge), dan pengetahuan nilai dan karakter (humanistic knowledge).
  2. Mengaplikasi Pengalaman belajar yang menunjukan aktivitas peserta didik mengaplikasi pengetahuan dalam kehidupan secara kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik melalui pendalaman pengetahuan (extending knowledge).
  3. Merefleksi Proses di mana peserta didik mengevaluasi dan memaknai proses serta hasil dari tindakan atau praktik nyata yang telah mereka lakukan. Tahap refleksi melibatkan regulasi diri (self regulation) sebagai kemampuan individu untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap cara belajar mereka.

Kerangka Pembelajaran

  1. Praktik Pedagogis Strategi mengajar yang dipilih guru untuk mencapai tujuan belajar dalam mencapai dimensi profil lulusan. Untuk mewujudkan pembelajaran mendalam guru berfokus pada pengalaman belajar peserta didik yang autentik, mengutamakan praktik nyata, mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kolaborasi.
  2. Pemanfaatan Teknologi Digital Pemanfaatan teknologi digital juga memegang peran penting sebagai katalisator untuk menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan kontekstual. Tersedianya beragam sumber belajar menjadi peluang menciptakan pengetahuan bermakna pada peserta didik.
  3. Lingkungan Pembelajaran Lingkungan pembelajaran menekankan integrasi antara ruang fisik, ruang virtual, dan budaya belajar untuk mendukung pembelajaran mendalam. Ruang fisik dan virtual dirancang fleksibel sebagai tempat yang mendorong kolaborasi, refleksi, eksplorasi, dan berbagi ide, sehingga dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar peserta didik dengan optimal.
  4. Kemitraan Pembelajaran Kemitraan pembelajaran (learning partnerships) membentuk hubungan yang dinamis antara guru, peserta didik, orang tua, komunitas, dan mitra profesional. Pendekatan ini memindahkan kontrol pembelajaran dari guru saja menjadi kolaborasi bersama.

Tahapan Implementasi PM

  1. Sosialisasi PM kepada semua pemangku kepentingan.
  2. Identifikasi dan pemenuhan kebutuhan sumber daya (Guru, Satuan Pendidikan, Sumber Belajar, Dinas Pendidikan, dll).
  3. Uji coba dalam lingkup terbatas.
  4. Evaluasi hasil dan perbaikan sistem.
  5. Penerapan PM secara luas.
  6. Refleksi dan tindak lanjut untuk perbaikan selanjutnya.

Rekomendasi Strategis

  1. Penetapan PM sebagai fondasi utama dalam peningkatan proses dan mutu pembelajaran.  
  2. Penerapan PM pada setiap jenjang pendidikan perlu didukung oleh lingkungan pembelajaran yang kondusif, kemitraan pembelajaran yang luas dan bermakna, dan pemanfaatan teknologi digital yang efektif.
  3. Perubahan Profil Pelajar Pancasila yang terdiri atas enam dimensi menjadi Profil Lulusan dengan delapan dimensi.
  4. Penyelarasan antarperaturan perundang-undangan terkait dengan standar nasional pendidikan, kurikulum, buku teks pelajaran, proses pembelajaran, dan asesmen.
  5. Pengalokasian 10% dari jam pelajaran untuk PM interdisipliner.
  6. Penataan ulang materi esensial dalam Capaian Pembelajaran.
  7. Peningkatan kompetensi guru:
    1. Program pelatihan terintegrasi, pendampingan, atau pembimbingan tentang pendekatan PM.
    1. Mahasiswa calon guru diseleksi secara ketat dengan kriteria minat dan kecintaannya serta kemampuan akademik yang dilakukan secara nasional oleh LPTK yang menyelenggarakan PPG. Perlu dibuat tes seleksi yang terstandar untuk mengukur kemampuan akademik.
    1. Penyelenggaraan program pendidikan profesi guru (PPG) untuk memberikan bekal pendidikan dan pelatihan PM.
    1. Menambahkan bimbingan konseling, pendidikan nilai, dan pola pikir bertumbuh (growth mindset) dalam muatan kurikulum PPG dan pelatihan guru lainnya.
    1. Revitalisasi fungsi guru inti (master teacher) di setiap klaster satuan pendidikan, yang memiliki tanggung jawab untuk pengembangan profesionalisme guru di wilayah yang menjadi tugasnya.
    1. Pemberdayaan komunitas belajar.
    1. Pengurangan beban mengajar.
  8. Penyiapan dan peningkatan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah dalam membangun budaya belajar dan budaya mutu.
  9. Peningkatan kapasitas supervisi pengawas sekolah/penilik dalam proses pendampingan, pembinaan, dan pengembangan kompetensi guru.
  10. Penyusunan Buku Guru dan Buku Siswa.
  11. Pemanfaatan teknologi digital dalam implementasi PM di sekolah
  12. Pengembangan asesmen formatif dan sumatif dengan penekanan pada asesmen otentik dan holistik.
  13. Penyusunan panduan mekanisme dan prosedur monitoring dan evaluasi implementasi PM.

Sumber : puskurjar : Pusat Kurikulum dan Mengajar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *